Atom hidrogen merupakan atom yang paling kecil dan
sederhana, dengan memiliki satu proton dan satu elektron setiap atomnya,
disamping itu mempunyai spektra paling sederhana. Terdapat dugaan bahwa adanya
hubungan mendasar antara spektrum atom dengan distribusi elektron disekeliling
inti atom yang bersangkutan. Dengan mengetahui spektrum atom akan mendapat
petunjuk pula mengenai keadaan elektron suatu atom, dikaitkannya dengan teori
kuantum dari plank, Bohr pada tahun 1913 memberikan teori tentang struktur
atom. Dan teori tersebut merupakan penyempurnaan dari teori atom Rutherford.
Pada
tahun 1885 J.J.Balmer mendapatkan bahwa garis spektrum atom hidrogen di daerah
tampak dan ultra violet. Selain itu Balmer juga berhasil menunjukkan bahwa
grafik hubungan antara frekuensi (v) dengan 1/n2 ternyata berupa
garis lurus, dengan rumus:
Karena 1/l=v dan v=c/l maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai
berikut:
Sebelum
adanya penemuan lainnya Balmer telah memprediksikan adanya sejumlah garis-garis
spektrum. Garis-garis spektrum yang memenuhi persamaan kedua disebut deret
Balmer. Deret lain dalam spektrum atom hidrogen ditemukan oleh T.Lyman (1906)
yang terpencar pada daerah ultraviolet,
F.Paschen (1908) yang terpencar pada daerah inframerah-dekat,
F.S.Brackett (1922) yang terpencar pada daerah inframerah, dan A.H.Pfund (1924) yang terpancar pada daerah inframerah-jauh. Masing-masing rumusnya:
Deret Lyman á¿¡
= RH x (1/12 – 1/n2)
n1=1 n2=2,3,4,….
Deret Paschen á¿¡
= RH x (1/32 – 1/n2)
n1=2 n2=4,5,6,….
Deret Bracket á¿¡
= RH x (1/42 – 1/n2)
n1=3 n2=5,6,7,….
Deret Pfund á¿¡
= RH x (1/52 – 1/n2)
n1=4 n2=6,7,8,….
Gambar: Spektrum emisi atom hidrogen
Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa setiap deret
(deret Lyman, deret Balmer, deret Paschen, deret Brackett, deret Pfund)
menunjukkan pola sebaran garis-garis yang cenderung konvergen dan melemah
sejalan dengan makin pendeknya panjang gelombang atau naiknya energi.
Rumus-rumus
diatas kemudian dikembangkan oleh Rydberg, mempunyai tetapan yaitu 109.678 cm-1.
Rumus-rumus khusus diatas kemudian dinyatakan dengan satu rumus umum:
á¿¡ = 1/l = RH x (1/n12 – 1/n22)
cm-1
n = bilangan bulat integer 1 dan n2 >
n1
Bohr
mengemukakan pendapat bahwa elektron dapat berputar mengelilingi proton pada
orbit dengan jari-jari tertentu, hal ini bertentangan dengan fisika klasik yang
menyatakan bahwa elektron akan terpilin ke dalam, sambil meradiasi energi dan
akhirnya jatuh ke inti. Lalu Bhor menjabarkan rumus Rydberg untuk melengkapi
pernyataan sebelumnya. Dengan suatu syarat tertentu, yaitu pada setiap orbit
momentum sudut dari elektron, mvr,
harus terkuanta, yaitu memiliki nilai yang diberikan oleh rumus:
mvr
= n.h/2p,
dimana n = 1,2,3,4,…
dimana m,v,r dan
h adalah massa dan laju elektron,
jari-jari orbit dan tetapan Planck, n adalah
bilangan kuantum orbit. Orbit stabil dan kondisi terkuanta merupakan syarat
yang sama sekali bertentangan dengan teori fisika klasik. Tetapi jika asumsi
ini dipakai, telah ditentukan bahwa bagi setiap orbit, energi, dan jari-jari
diberikan rumus:
E= - mZ2e4/8n2h2e02
r = n2h2e0/pmZe2
Secara singkat Bohr mendapatkan:
E = - R/n2
Penjelasan mengenai deret spektra
sekarang telah didapat. Energi terendah (paling negatif) adalah –R/12 = -R. Bila elektron tereksistensi ke orbit yang lebih tinggi energinya
(n>1) dan kembali lagi ke orbit
dengan n=1, akan diperoleh deret
garis ultraviolet, karena elektron akan kehilangan energi yang sama dengan R(1/12-1/n2). Deret lainnya timbul bila elektron kembali dari
orbit-orbit yang lebih tinggi ke orbit dengan n=2 (deret tampak) dan n=3
(deret inframerah).
Persamaan
r = n2h2e0/pmZe2 memiliki
besaran-besaran yang sudah diketahui, maka dengan begitu jari-jari atom dapat
dihitung. Untuk n = 1 diperoleh r = 52,9 pm –Harga ini dijadikan
sebagai jari-jari orbit Bohr pertama atau terpendek. Selanjutnya untuk n yang lain 2,3,4,…dst., harga r dapat dihitung. Dan harga jari-jari
inilah yang dijadikan Bohr untuk menggambarkan orbit-orbit elektron yang
diperbolehkan.
Lintasan elektron
biasanya dinyatakan sebagai lintasan K (n = 1), lintasan L (n = 2), Lintasan M
(n = 3), dan seterusnya. Penyelidikan dengan menggunakan spektroskop yang
mempunyai daya pisah tinggi membuktikan, bahwa tiap garis spektrum tunggal
terdiri atas beberapa garis. Ini berarti bahwa setiap lintasan elektron
sebenarnya terdiri atas sekelompok lintasan. Kelompok lintasan ini disebut
kulit lintasan.jadi tiap kulit lintasan terdiri dari beberapa subkulit. Jumlah
subkulit samadengan harga dari n.
DAFTAR PUSTAKA
F.Albert
Cotton. 2013. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta
: Penerbit Universitas Indonesia
Kristian
H. Sugiyarto. 2003. Kimia Anorganik I.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
M.Clyde
Day, Jr.Joe Selbin. 1987. Kimia Anorganik
Teori. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Sukardjo.
1990. Kimia Anorganik. Jakarta :
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar